Fakta Sejarah
Citarum adalah sungai terpanjang dan terbesar di Provinsi Jawa Barat dengan aliran sepanjang 297 km. Sungai yang hampir membelah Jawa Barat ini bersumber dari mata air Gunung Wayang (sebelah selatan Kota Bandung), mengalir ke Utara melalui Cekungan Bandung dan bermuara di Laut Jawa.
“Citarum” berasal dari dua kata yaitu Ci dan Tarum. Ci atau dalam Bahasa Sunda Cai, artinya air. Sedangkan Tarum (Indigofera spec.div), merupakan jenis tanaman yang menghasilkan warna ungu atau nila yang digunakan sebagai bahan pencelup alami pada kain tradisional.
Tarumanegara adalah kerajaan Hindu tertua dan terbesar di Jawa Barat. Menurut catatan sejarah pada abad ke-5, bermula dari Jayashingawarman membangun sebuah dusun kecil di tepi Sungai Citarum yang lambat laun berkembang menjadi sebuah kerajaan besar, yaitu Kerajaan Tarumanegara.
Citarum Adalah Sungai Purba. Berhulu di Gunung Wayang Kabupaten Bandung (1.700 m dpl) melewati dasar cekungan dan mengalir menuju Waduk Saguling, kemudian bermuara di pantai utara Pulau Jawa tepatnya di Kabupaten Karawang.
Cekungan Bandung merupakan cekungan yang dikelilingi oleh gunung api dengan ketinggian rata-rata 650 m dpl sampai dengan 2000 m dpl.
Citarum Melewati Cekungan Bandung. Cekungan Bandung merupakan cekungan (basin) yang dikelilingi oleh gunung api dengan ketinggian 650 m dpl sampai lebih dari 2000 m dpl. Sekitar 105.000 tahun yang lalu Citarum terbendung oleh letusan dasyat Gunung Sunda yang kemudian membentuk Danau Bandung Purba. Makin lama paras air danau makin tinggi, diketahui sekitar 36.000 tahun yang lalu paras danau tertinggi mencapai 725 m dpl. Letusan Gunung Tangkubanparahu (anak Gunung Sunda) materialnya melebar ke Selatan hingga ke dekat Citarum di sekitar Curug Jompong sekarang. Materialnya kemudian mengisi lembah-lembah yang menyebabkan danau raksasa tersebut terbelah menjadi dua yaitu Danau Bandung Purba Barat dan Danau Bandung Purba Timur.
Curug Jompong yang dipercaya sebagai tempat bobolnya Danau Bandung Purba. Pada jaman dahulu tempat ini menjadi salah satu tempat tujuan wisata.
Curug Jompong. Kejadian evolutif dan aliran air anak sungai yang aktif menyebabkan adanya patahan dan kawasan yang amblas sehingga semenjak 16.000 tahun yang lalu air di dua Danau Bandung Purba ini pun mulai menyusut. Tempat susutnya Danau Bandung Purba di ada di Curug Jompong.
Fosil Binatang Purba seperti Gajah (Elephas Maximus), Badak (Rhinocerus Sondaicus) dan tapir (Tapirus Indicus) serta gigi Kuda Nil (Hippopotamus) juga pernah ditemukan kawasan Rancamalang, Cipeundeuy dan kawasan Cekungan Bandung lainnya. Ini menjadi bukti bahwa di sekitar kawasan Danau Bandung Purba pernah dihuni oleh hewan-hewan purba.
Banjir khususnya di daerah Bandung yang sudah terjadi sejak jaman dahulu tidak lepas dari faktor geologis dan topografis. Bentukan Cekungan Bandung menyerupai mangkuk yang merupakan sisa dari proses menyusutnya danau Bandung Purba, menyebabkan kawasan ini hampir selalu mengalami permasalahan banjir terutama pada musim hujan. Kondisi ini lah yang kemudian mendorong Bupati Bandung R.A Wiranatakusumah II (1794-1829) memindahkan ibu kota kabupaten dari Krapyak ke daerah Kabupaten Bandung bagian tengah (pusat kota Bandung sekarang).
Teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 1945 disusun di sebuah rumah yang terletak di bantaran Sungai Citarum di Rengasdengklok, Kabupaten Karawang di rumah seorang Tionghoa, Djiaw Kie Siong.
Candi Jiwa, salah satu candi di kompleks percandian Batujaya yang terletak di Kabupaten Karawang.
Batujaya, kompleks percandian Hindu terletak sekitar 500 m dari aliran utama Sungai Citarum Hilir yang memecah menjadi 3 sungai yaitu Sungai Bungin, Sungai Balukluk, dan Kali Muara Gembong sebelum bermuara di Laut Jawa. Diperkirakan candi ini dibangin pada abad 2-3 M. Candi yang berfungsi sebagai candi pemujaan ini juga menjadi bukti pemahaman proses diterimanya agama Hindu–Budha oleh masyarakat Sunda Kuno di Jawa Barat.