Secara Geografis Wilayah Sungai Citarum terletak pada 106° 51’36” - 107° 51’ BT dan 7° 19’ - 6° 24’LS, dengan luas area ±11.323 Km². Wilayah Sungai Citarum seluas kurang lebih 12.000 km2 mencakup 13 wilayah administrasi Kabupaten/Kota di lingkungan Provinsi Jawa Barat, yaitu: Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten Bekasi, Kabupaten Cianjur, Kabupaten Bogor, Kabupaten Indramayu, Kabupaten Karawang, Kabupaten Purwakarta, Kabupaten Subang, Kabupaten Sumedang, Kota Bandung, Kota Bekasi dan Kota Cimahi.
Wilayah Sungai Citarum mempunyai batas wilayah sebagai berikut :
- Sebelah Utara berbatasan dengan Laut Jawa
- Sebelah Selatan berbatasan dengan sebagian Kabupaten Cianjur dan sebagian Kabupaten Bandung
- Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Garut, sebagian Kabupaten Indramayu dan sebagian Kabupaten Sumedang
- Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Sukabumi, sebagian Kabupaten Bogor dan sebagian Kabupaten Bekasi
Topografi DAS Sungai Citarum digambarkan dalam bentuk lahan atau morfologi yang dapat dikelompokkan dalam 3 bagian, yaitu bagian hulu, tengah dan hilir. (1) Wilayah Sungai Citarum bagian hulu nampak seperti cekungan raksasa yang lebih dikenal sebagai Cekungan Bandung, dengan elevasi berkisar antara 625-2.600 mdpl. DAS Citarum bagian tengah morfologi bervariasi antara dataran (elevasi 250-400m dpl), perbukitan bergelombang lemah (elevasi 200-800 mdpl), perbukitan terjal (elevasi 1.400 - 2400 mdpl) dan morfologi tubuh gunung api. DAS Citarum bagian hilir lebih didominasi oleh dataran, perbukitan bergelombang lemah dan terjal dengan variasi elevasi antara 200 - 1.200 m dpl. Seluruh sungai di WS Citarum mengalir dari selatan berhulu di Gn Burangrang, Bukit Tunggul, dan Canggah ke arah utara yang bermuara di pantai utara (Laut Jawa).
Morfologi yang terbentuk di DAS Citarum adalah hasil kegiatan tektonik dan vulkanisme, dilanjutkan proses erosi dan sedimentasi. Kondisi morfologi DAS Citarum terbagi atas Morfologi Gunung Api, Perbukitan, dan Dataran Daerah hulu anak-anak sungai di DAS Citarum terbentuk dari morfologi gunung api yang memiliki kharakteristik relief landai–bergunung, elevasi ketinggian 750 – 2300 m diatas permukaan air laut, kemiringan lereng di kaki 5 – 15%, di tengah 15 – 30%, dan di puncak 30 – 90%. Pola aliran sungai sejajar dan radier, umumnya merupakan daerah resapan utama air tanah dangkal dan dalam serta tempat keluarnya mataair pada lokasi tekuk lereng. Batuan penyusun berupa endapan gunung api muda dan tua, terdiri dari tufa, breksi, lahar, dan lava.
Kondisi Iklim WS Citarum, sebagaimana umumnya wilayah di Jawa Barat, memiliki iklim tropis monsoon dengan suhu dan kelembaban udara yang relatif konstan sepanjang tahun. Iklim tropis monsoon dicirikan dengan terjadinya dua musim, yaitu musim hujan dan kemarau. Musim hujan terjadi pada bulan-bulan Oktober – Maret dan musim kemarau terjadi pada bulan-bulan Juni – September. Bulan-bulan lainya merupakan masa transisi atau Suhu rata-rata di dataran rendah sekitar 27° C, sedangkan dibagian hulu sungai yang berada di dataran tinggi/pegunungan, suhu udara minimum rata-rata 15,3°C.
Curah hujan tahunan rata-rata bervariasi dari 1000 mm di daerah pesisir dan 4000 mm di daerah pegunungan di bagian atas dari DAS. Hampir 70% dari curah hujan tahunan terjadi selama musim hujan. Distribusi curah hujan musiman terutama dipengaruhi oleh angin musim. Efek dari orografis
pegunungan selatan mendominasi curah hujan.
Formasi Geologi di Wilayah Sungai Citarum dibagi menjadi Citarum bagian hulu, tengah dan hilir. Citarum bagian hulu sebagian besar tersusun dari tuff, lava, breccia dan lapilli. Sedangkan Citarum bagian tengah, litologi penyusun satuan ini berupa endapan hasil erupsi gunungapi dan dibeberapa tempat berupa endapan danau tua dan endapan alluvial sungai pada lembah-lembah sempit sungai utama. Endapan vulkanik berupa batu pasir tufaan, serpih tufaan, breksi tufaan dan aglomerat. Sedangkan endapan danau berupa lempung tufaan, batupasir tufaan, kerikil tufaan dan konglomerat tufaan. Aluvium terdiri dari lempung, lanau, pasir dan kerikil. Dan pada umumnya tersusun oleh sedimen tersier dan hasil erupsi gunung api tua. Citarum bagian hilir pada umumnya tersusun
oleh sedimen tersier dan hasil erupsi gunung api tua.
Kondisi Geohidrologi WS Citarum terhadap ketersediaan air tanah di WS Citarum berdasarkan Peta Cekungan Air Tanah diperkirakan sebesar 5.055 juta m3 /tahun. Pemanfaatan air tanah selain untuk keperluan domestik, pengambilan air tanah memerlukan izin, dan ketentuan tarif yang berlaku. Secara umum abstraksi air tanah masih di bawah batas ideal pengambilan air tanah, yaitu masih 25%. Namun, untuk beberapa lokasi misalnya di CAT Bekasi-Karawang, CAT Subang dan CAT Batujajar pengambilan air tanah sudah melampaui batas ideal pengambilan air tanah. Walaupun saat ini pengambilan air tanah di CAT Bandung-Soreang masih dibawah batas ideal pengambilan air tanah (masih 27%), akan tetapi di beberapa tempat seperti di daerah Majalaya, Ranca Ekek, Dayeuh Kolot, Leuwi Gajah dan sebagainya, pengambilan air tanah ini sudah melampaui batas ideal pengambilan air tanah, dimana di daerah ini sudah terjadi penurunan muka air tanah dan juga penurunan tanah yang cukup serius.
Sungai, jumlah sungai besar yang ada di Wilayah Sungai Citarum kurang lebih 19 sungai yang bermuara di laut utara maupun bergabung dengan sungai lainnya. Sungai utama yang ada di WS Citarum adalah Sungai Citarum. Sungai Citarum sendiri berhulu dari Gunung Wayang (Kabupaten Bandung) dan bermuara di Muara Gembong (Kabupaten Bekasi). Berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 12 Tahun 2012 tentang Penetapan Wilayah Sungai, Wilayah Sungai Citarum terdiri dari 19 DAS.
Terdapat 3 Waduk Besar antara lain Saguling, Cirata dan Jatiluhur yang berfungsi sebagai pembangkit listrik dan pendukung sistem irigasi yang ada dikawasan tersebut. Ketiga waduk tersebut adalah Waduk Saguling, Waduk Cirata dan Waduk Jatiluhur. Semua waduk tersebut berada dalam satu aliran Sungai Citarum dan berada di 4 kabupaten (Cianjur, Bandung Barat, Purwakarta, dan Karawang).
Data Teknis 3 Waduk
Deskripsi | Jatiluhur | Saguling | Cirata |
Lokasi |
Kabupaten Purwakarta |
Kabupaten Bandung Barat |
Kabupaten Purwakarta |
Luas Daerah Tangkapan |
83.000 Ha |
53.000 Ha |
6.200 Ha |
Dibangun Tahun |
1957 - 1967 |
1981 |
1982 |
Kapasitas Daya Tampung |
3,5 Milyar m3 |
609 juta m3 |
2,165 Milyar m3 |
Sumber Air |
Sungai Citarum |
Sungai Citarum |
Sungai Citarum |
Manfaat |
Irigasi Pertanian, Suplai Air Baku, Perikanan Air Tawar, Wisata dan Olahraga Air |
Irigasi Pertanian, Pembangkit Listrik |
Irigasi Pertanian, Penggunaan Air Baku, Pembangkit Listrik |
Daya Listrik Dihasilkan Dari PLTA |
187,5 MW |
1.400 MW |
1.008 MW |
Sumber : Balai Besar Wilayah Sungai Citarum, Dinas PSDA Provinsi Jawa Barat 2008
Waduk Jatiluhur

Waduk Jatiluhur terletak di Kecamatan Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta, Provinsi Jawa Barat (±9 km dari pusat Kota Purwakarta).Bendungan Jatiluhur adalah bendungan terbesar di Indonesia. Bendungan itu dinamakan oleh pemerintah Waduk Ir. H. Juanda, dengan panorama danau yang luasnya 8.300 ha. Bendungan ini mulai dibangun sejak tahun 1957 oleh kontraktor asal Perancis, dengan potensi air yang tersedia sebesar 12,9 miliar m3 / tahun dan merupakan waduk serbaguna pertama di Indonesia.
Di dalam Waduk Jatiluhur, terpasang 6 unit turbin dengan daya terpasang 187 MW dengan produksi tenaga listrik rata-rata 1.000 juta kwh setiap tahun, dikelola oleh Perum Jasa Tirta II. Selain dari itu Waduk Jatiluhur memiliki fungsi penyediaan air irigasi untuk 242.000 ha sawah (dua kali tanam setahun), air baku air minum, budi daya perikanan dan pengendali banjir yang dikelola oleh Perum Jasa Trita II.
Selain berfungsi sebagai PLTA dengan sistem limpasan terbesar di dunia, kawasan Jatiluhur memiliki banyak fasilitas rekreasi yang memadai, seperi hotel dan bungalow, bar dan restaurant, lapangan tenis, bilyard, perkemahan, kolam renang dengan water slide, ruang pertemuan, sarana rekreasi dan olahraga air, playground dan fasilitas lainnya. Sarana olahraga dan rekreasi air misalnya mendayung, selancar angin, kapal pesiar, ski air, boating dan lainnya.
Di perairan Danau Jatiluhur ini juga terdapat budidaya ikan keramba jaring apung, yang menjadi daya tarik tersendiri dan menjadi salah satu destinasi wisata air. Dikawasan ini pula kita dapat melihat Stasiun Satelit Bumi yang dikelola oleh PT. Indosat Tbk. (±7 km dari pusat Kota Purwakarta), sebagai alat komunikasi internasional. Jenis layanan yang disediakan antara lain international toll free service (ITFS), Indosat Calling Card (ICC), international direct dan lainnya. Waduk Jatiluhur dapat dikunjungi melalui Jalan Tol Purbaleunyi (Purwakarta-Bandung-Cileunyi), keluar di Gerbang Tol Jatiluhur.
Data Teknis Waduk Jatiluhur
Dibangun Pada Tahun |
1957 |
Type Waduk |
Urugan batu dengan inti tanah miring |
Tinggi |
105 meter |
Panjang |
1.200 meter |
Elevasi Puncak |
+114,5 meter |
Volume Urugan |
9,1 Juta m3 |
Volume Tampungan |
2,44 Milyar m3 |
Luas Genangan |
8.300 ha |
Luas Daerah Tangkapan |
4.500 km2 |
Manfaat |
Irigasi pertanian untuk sawah seluas 242.000 ha, penyedia air baku untuk DKI Jakarta, Pembangkit listrik 187,5 MW, Perikanan darat, Pengembangan pariwisata dan olah raga air. |
Waduk Saguling

Waduk Saguling merupakan salah satu dari tiga waduk besar di Wilayah Sungai Citarum yang dibangun pada tahun 1981. Waduk Saguling pada awalnya direncanakan hanya untuk keperluan menghasilkan tenaga listrik. Pada tahap pertama pembangkit tenaga listrik yang dipasang berkapasitas 700 MW, tetapi bila di kemudian hari ada peningkatan kebutuhan listrik pembangkit dapat ditingkatkan hingga mencapai 1.400 MW.
Daerah di sekitar Waduk Saguling berupa perbukitan, dengan banyak sumber air yang berkontribusi pada waduk. Hal tersebut membuat bentuk Waduk Saguling sangat tidak beraturan dengan banyak teluk. Daerah waduk ini asalnya adalah berupa daerah pertanian. Berdasarkan beberapa penelitian yang telah dilakukan, kualitas air di Waduk Saguling sudah banyak menurun yang disebabkan oleh pencemaran yang berasal dari kegiatan pertanian, industri, penduduk dan aktivitas budidaya perikanan yang ada di Waduk Saguling.
Hingga tahun 2008, sedimentasi di Waduk Saguling mencapai 84 juta m3 . Laju sedimentasi di Waduk Saguling kini diperkirakan 4,2 juta m3 per tahun atau 4.819.664 ton per tahun. Sedimentasi akan menurunkan fungsi bendungan dan mengganggu operasional PLTA. Selain itu limbah industri dan domestik yang terbawa aliran sungai Citarum juga memperburuk kondisi endapan yang ada di waduk Saguling.
Data Teknis Waduk Saguling
Dibangun pada tahun |
1957 |
Type Waduk |
Urugan batu dengan inti kedap air (rock fill dam) |
Tinggi Di Atas Dasar Sungai |
97 m |
Tinggi Di Atas Galian |
99 m |
Panjang Puncak |
301,4 m |
Lebar Puncak |
10 m |
Elevasi Puncak |
650,5 m |
Volume Tubuh Bendungan |
2,79 juta m3 |
Manfaat |
Irigasi Pertanian, Pembangkit Listrik 700 MW |
Kapasitas Waduk |
- Elevasi Banjir : 645 m - Elevasi Tertinggi : 643 m - Elevasi Terendah : 623 m - Luas Muka Air Banjir : 53.432 km2 - Luas Muka Air Tertinggi : 48.695 km2 - Luas Muka Air Terendah : 17.407 km2 - Volume Waduk Air Banjir : 982 juta m3 - Volume Waduk Air Tertinggi : 875 juta m3 - Volume Waduk Air Mati : 163 juta m3 - Volume Waduk Air Efektif 609 juta m3
|
Anak Sungai |
Ciminyak, Cibitung, Cipatik, Cilanang, Cihaur, Cijambu, dan Cijenuk |
Luas Daerah Tangkapan Air |
2.283 km2 |
Curah Hujan Tahunan Rata-Rata |
1.221 mm |
Curah Hujan Desain |
2.322 mm/thn |
Debit Tahunan Rata-Rata |
80,85 m3/det |
Debit Desain Pengelak |
3.200 m3/det |
Sumber : Balai Besar Wilayah Sungai Citarum, Dinas PSDA Provinsi Jawa Barat 2008
Waduk Cirata

Waduk Cirata dibangun sekitar tahun 1982 hingga 1987, waduk ini dikelilingi oleh kawasan perbukitan. Berdasarkan penelitian mengenai kualitas air waduk yang dilakukan Waduk Cirata diketahui mengalami pencemaran berat dan juga sedimentasi. Hingga tahun 2000 endapan sedimentasi di waduk ini sudah mencapai 62,8 juta m3. Sedangkan batas ekstrim yang dirancang bagi endapan di waduk tersebut volumenya 79,3 juta m3. Cepatnya laju sedimentasi ini akibat dari penggundulan hutan di Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum.
Seperti dua dari tiga waduk besar yan gada di Sungai Citarum, Waduk Cirata juga berfungsi sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Air. PLTA di Waduk Cirata PLTA terbesar di Asia Tenggara. PLTA ini memiliki konstruksi power house di bawah tanah dengan kapasitas 8x126 Megawatt (MW) sehingga total kapasitas terpasang 1.008 Megawatt (MW) dengan produksi energi listrik rata-rata 1.428 Giga Watthour (GWh) pertahun.
PLTA tersebut merupakan pembangkit yang dioperasikan oleh anak perusahaan PT Perusahaan Listrik Negara (PLN persero) yaitu PT Pembangkitan Jawa Bali (PJB) yang disalurkan melalui saluran transmisi tenaga listrik 500 kilo volt (KV) ke sistem Jawa Bali.
Data Teknis Waduk Cirata
Dibangun Pada Tahun |
1982 - 1987 |
Type |
Urugan batu dengan membran beton |
Luas Daerah Pengaliran Sungai (DPS) |
4.119 km2 |
Bentuk DPS |
Oval |
Elevasi |
Muka Air Maksimum : +223.00 Muka Air Normal : +220.00 Muka Air Minimum : +205.00 |
Volume Air (m3) |
Muka Air Maksimum : 2165 juta Muka Air Normal : 1975 juta Muka Air Minimum : 1177 juta |
Luas Genangan (ha) |
Muka Air Maksimum : 6560 Muka Air Normal : 6200 |
Anak Sungai |
Cicendo, Cimeta, Cisokan, Cibalagung, Cikundul |
Curah Hujan Rata-Rata Tahunan |
1.895 - 2.250 mm |
Koefisien Limpasan |
0,75 |
Faktor Reduksi |
0,628 |
Probable Maximum Flood |
6.642,3 m3/det |
Manfaat |
Irigasi pertanian, penggunaan air baku, pembangkit listrik 1.008 MW |
Sumber : Balai Besar Wilayah Sungai Citarum, Dinas PSDA Provinsi Jawa Barat 2008