Kondisi Prasarana

Sistem Jaringan Irigasi, Provinsi Jawa Barat sebagai daerah lumbung padi nasional mempunyai lahan sawah yang sangat luas, ± 1.000.000 ha lahan sawah terdiri dari 89,6% sawah beririgasi teknis dan 10,4% sawah tadah hujan. Di WS Citarum luas lahan sawah beririgasi teknis kurang  lebih  361.380 ha atau 37% dari luas lahan sawah di Jabar (berdasar hasil analisis Ribasim luas lahan sawah di WS Citarum 354.082 ha) yang  terbagi menjadi  kewenangan  Pemerintah  Pusat,  Provinsi  dan  Kabupaten  Kota.  

Sistem Irigasi Citarum Hulu. Di bagian hulu dari wilayah sungai Citarum terdapat areal persawahan seluas 17.218 ha lahan sawah beririgasi teknis yang mengandalkan air irigasi dari sungai citarum dan anak2 sungainya.  Terdapat 22 DI (Daerah Irigasi) di kawasan hulu ini dengan DI terbesar adalah DI Leuwkuya dan DI Cirasea dengan luas DI lebih dari 2800 ha.
 
Sistem Irigasi Bagian Tengah. Di bagian tengah dari wilayah sungai Citarum terdapat areal persawahan seluas ± 23.399 ha lahan sawah beririgasi teknis yang mengandalkan air irigasi dari sungai citarum dan anak2 sungainya.  Terdapat 11 DI (Daerah Irigasi) di kawasan tengah ini dengan DI terbesar adalah DI Cihea seluas 5.495 ha dan DI Cipamingkis  seluas 4.591 ha.
 
Sistem Irigasi Bagian Hilir. Dibagian hilir terdapat terdapat 11 Daerah Irigasi teknis dengan luas 286.459 ha atau 79% dari luas lahan sawah irigasi teknis di WS Citarum. DI terbesar yaitu DI Jatiluhur dengan luas ± 240.000 ha, DI Salam darma dengan luas 11.684 ha dan DI macan dengan luas 10.400 ha.

Layanan Air Bersih di WS Citarum terlayani dengan sistem perpipaan dan non perpipaan. Sistem perpipaan terlayani oleh badan usaha milik daerah dengan nama PDAM . Terdapat 9 PDAM yang melayani air bersih sistem perpipaan di WS Citarum.  Disamping PDAM ada satu badan usaha milik negara yang juga melayani air bersih untuk DKI Jakarta yaitu PJT II melalui saluran tarum dengan sumber air dari Sungai Citarum.  

Dalam sistem Pengelolaan Limbah, beberapa prasarana Intalasi Pengelolaan Limbah yang ada di Wilayah Sungai Citarum diantaranya adalah:
IPAL Bojongsoang, Air limbah dari Kota Bandung diolah hanya dengan menggunakan satu buah Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) di Bojongsoang, yang kapasitasnya hanya 400.000 jiwa, atau hanya melayani lebih kurang 15% dari penduduk Kota Bandung saat ini.

IPAL Cisirung, terletak di Kelurahan Pasawahan, Kecamatan Dayeuhkolot, Mochamad Toha, Bandung.  IPAL Cisirung ini dikelola oleh PT Damba Intra. IPAL Cisirung berdiri di atas
tanah seluas 1,2 ha yang merupakan hasil kontribusi masyarakat Industri Bandung Selatan yang terbentuk dalam kelompok yang bernama Yayasan Dharma Bakti  Industri Bandung Selatan (YDBIBS).  
Sedangkan dalam pengelolaan persampahan terutama di kawasan perkotaan Bandung dan sekitarnya di layani oleh beberapa TPS diantaranya:

TPPAS SARIMUKTI

Lokasi Lahak TPK Sarimukti : Desa Sarimukti, Kecamatan cipatat, Kabupaten Bandung Barat
Luas Total Lahan : 25,2 Ha Terdiri dari 21,5 Ha Tanah Perhutani dan 4 Ha Tanah Pemkot Bandung dan Cimahi
Total Daya Tampung : 1.962.637 m3
Luas Efektif Landfill : 60% dari total luas
Luas Untuk Fasilitas Sarana dan Prasarana : 40% dari total luas

TPPAS LEUWIGAJAH

Lokasi Lahan TPK Leuwigajah : Kota Cimahi
Luas Daya Tampung : 25.1 Ha
Total Daya Tampung : 3.700 m3/hari

Sejak TPA Leuwigajah longsor tahun 2005, pembuangan sampah dialihkan ke TPA Sarimukti. Penyebab longsornya TPA Leuwigajah, diantaranya karena proses pembuangan berupa Open Dumping, sarana yang tidak memadai, kondisi alam yang tidak mendukung, dan terjadinya banjir.

TPPAS LEGOK NANGKA

Lokasi Lahan TPK Legoknangka : Desa Ciherang, Kecamatan Nagreg, Kabupaten Bandung
Luas Total Lahan : 65 Ha
Total Daya Tampung : - m3
Status 2012 : Tahap Pembangunan
Rencana Beroperasi : 2015

Layanan Air Bersih di WS Citarum  terlayani dengan sistem perpipaan dan non perpipaan. Sistem perpipaan terlayani oleh badan usaha milik daerah dengan nama PDAM . Terdapat 9 PDAM yang melayani air bersih sistem perpipaan di WS Citarum.  

Di Wilayah Sungai Citarum hilir terdapat Sistem Saluran Pembagi yang mengambil air baku dari Waguk Jatiluhur. Air ini didistribusikan untuk memenuhi berbagai keperluan, seperti air minum, industri dan kebutuhan lainnya. Saluran Tarum tersebut berfungsi sebagai saluran pembawa air baku dan juga berfungsi sebagai Saluran Irigasi. Saluran Tarum ataru Tarum Canal ini dibagi ke menjadi Saluran Tarum Barat, Saluran Tarum Timur dan Saluran Tarum Utama. Saluran Tarum Barat berfungsi sebagai saluran untuk memasok 80% kebutuhan air baku DKI, sedangkan saluran Tarum Timur dan Saluran Tarum Utama berfungsi untuk sebagai saluran irigasi pertanian.

3 Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) berada di 3 waduk utama Sungai Citarum. Sumber daya air ini telah dimanfaatkan sebagai sumber pembangkit listrik baik dalam skala besar. Ketiga PLTA tersebut adalah PLTA Jatilihur (dikelola Perum Jasa Tirta II, Total Daya 175 MW), PLTA Saguling (dikelola Indonesia Power, Total Daya 1.008 MW), PLTA Cirata (dikelola oleh PT. PLN PJB 11 (UP CIRATA), Total Daya 1.008 MW).

Arus pergerakan baik orang maupun barang di Wilayah Sungai Citarum didukung oleh Prasarana Transportasi darat, air dan udara.  Pada kurun waktu tahun 2003  - 2007, tingkat kemantapan jaringan jalan provinsi sepanjang 2.199,18 km telah meningkat dari 85,17% menjadi 87,31%. Dengan tingkat kemantapan sebesar 87,31% tersebut, 64,36% dari panjang jaringan jalan provinsi berada pada kondisi sedang. Untuk transportasi perairan setidaknya terdapat 7 pelabuhan regional dan 4 pelabuhan khusus. Sedangkan untuk transportasi udara didukung oleh 3 bandar udara yaitu Husein Sastranegara Bandung, Nusa Wiru Pangandaran, dan Penggung/Cakrabuana Cirebon.

Kondisi Sosial Ekonomi

Jumlah dan distribusi penduduk.  Berdasarkan data kependudukan Provinsi Jabar, pada tahun 2012 jumlah penduduk yang tinggal di wilayah sungai (WS) Citarum adalah sebesar  15.950.299 jiwa atau 35,8% dari total penduduk Jawa Barat (44.548.431 jiwa). Jumlah penduduk WS Citarum terdistribusi di 10 kabupaten dan 2 kota di Jawa Barat, dengan jumlah penduduk terbanyak ada di wilayah Kabupaten Bandung 3.307.396 jiwa atau 21% dan Kota Bandung  2.461.931 jiwa atau 15% dari total penduduk di WS Citarum.  

Distribusi penduduk tersentral pada pusat-pusat kegiatan dan industri seperti di Kabupaten Bandung, Kota Bandung, Kabupaten Karawang, Kabupaten Bekasi dan Kota Bekasi. 

Laju pertumbuhan penduduk. Rata-rata laju pertumbuhan penduduk pada tahun 2000-2010 di WS Citarum sebesar 1,66%, lebih rendah sedikit dengan laju pertumbuhan penduduk di Prov. Jawa Barat (1,90%). Berdasar tren pertumbuhan penduduk tahun 1980-2010 terjadi peningkatan laju pertumbuhan penduduk dari 1,59% ditahun 1990-2000 menjadi 1,66% ditahun 2000-2010.
Di bagian hulu laju pertumbuhan penduduk terbesar ada di Kabupaten Bandung(2,55%) dan Kota Cimahi (2,04%), dibagian tengah Kab. Purwakarta (1,99%) dan di bagian hilir laju pertumbuhan tertinggi ada di Kabupaten Bekasi (4,66%). Sedangkan laju pertumbuhan penduduk terendah di Kabupaten Indramayu.

Kepadatan penduduk. Kepadatan penduduk di wilayah WS Citarum pada tahun 2012 adalah 1.272 jiwa/km2 lebih tinggi dari rata-rata kepadatan penduduk Provinsi Jawa Barat sebesar 1.198 jiwa/km2. Dilihat dari perkembangannya, dari tahun 1980—2012 kepadatan penduduk di WS Citarum terus meningkat, seiring dengan perkembangan jumlah penduduk yang terus meningkat.

Proyeksi penduduk. Berdasarkan data tahun 2000, 2005 dan 2010, proyeksi penduduk WS Citarum tahun 2040 adalah 30.931.450 jiwa. Proyeksi jumlah penduduk di WS Citarum  sampai dengan tahun 2040 tersebut, menggambarkan semakin tingginya tekanan penduduk terhadap DAS Citarum dan memungkinkan terjadinya permasalahan lingkungan, pelayanan prasarana dasar, dan lain sebagainya yang saat inipun sudah dirasakan.

Penduduk Miskin. Jumlah penduduk miskin di Jawa Barat berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) 2013 pada bulan September 2012 sebanyak 4.4 juta orang (9,89%). Mengalami penurunan sekitar 200 ribu orang dibandingkan kondisi pada bulan September 2011.  Dalam kurun waktu 2007-2012 persentase penduduk miskin yang tinggal di daerah pedesaan dan perkotaan mengalami penurunan dari 13,55% ditahun 2007 menjadi 9,89% ditahun 2012.

Jumlah Angkatan Kerja di WS Citarum dari tahun 2005 –2010 terus meningkat, dari 7.487.365 naik menjadi 11.785.666 orang. Banyaknya pendatang dari luar kota menjadi salah satu faktor yang meningkatnya jumlah angkatan kerja di WS Citarum. Pertumbuhan tenaga kerja kurang diimbangi dengan pertumbuhan lapangan kerja, akibatnya tingkat kesempatan kerja cenderung menurun dan jumlah penangguran terus meningkat.  

Kondisi Kesehatan penduduk di Wilayah Sungai Citarum juga ditinjau dari sisi kesehatan lingkungannya. Pada tahun 2009-2010 akses penduduk terhadap air bersih meningkat cukup tinggi yaitu 10,1 % dari 53,66% pada tahun 2009 menjadi 63,94 % pada tahun 2010. Namun demikian angka ini masih perlu ditingkatkan mengingat jumlah penduduk yang mempunyai akses terhadap air bersih masih relatif rendah. Pada tahun 2010 prosentase rumah sehat mengalami penurunan 2,75% dari tahun sebelumnya, kondisi ini memerlukan upaya-upaya untuk meningkatkan jumlah rumah sehat di WS Citarum.

Jawa Barat merupakan salah satu provinsi yang memiliki peranan relative besar pada perekonomian, baik bagi Pulau Jawa maupun Indonesia. Tahun 2012 peranan perekonomian di Jawa Barat terhadap perekonomian nasional adalah sebesar 14,07%. Sementara itu, peranan perekonomian di Pulau  Jawa  terhadap perekonomian nasional  adalah 57,62%. Dengan  demikian,  didapatkan  besarnya  peranan  perekonomian  Jawa Barat terhadap perekonomian Pulau Jawa yaitu 24,41%. Informasi tersebut menunjukkan pentingnya perekonomian di Jawa Barat dalam menggerakkan perekonomian Pulau Jawa maupun perekonomian nasional.

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Jawa Barat.  Selama tahun 2010-2012, perekonomian Jawa Barat menunjukkan kinerja yang terus membaik dengan laju pertumbuhan ekonomi mendekati angka nasional (6.23%) yaitu sebesar 6,21% (tahun 2012) . Pertumbuhan ekonomi Jawa Barat pada tahun 2010 banyak dipengaruhi oleh pertumbuhan nilai tambah bruto sektor angkutan, konstruksi, dan perdagangan yang masing-masing mampu tumbuh sebesar 12%,13.61% dan 11,55%.

Jika  dilihat distribusinya, lima besar kontribusi utama PDRB kabupaten/kota di WS Citarum terhadap total PDRB Jawa  Barat  tahun  2010  untuk  harga  konstan  2.000  adalah  Kabupaten  Bekasi  (17.88%),  Kabupaten  Bogor (13,57%) , Kota Bandung (10.30%) , Kabupaten Bandung (7,08%) dan Kota Bekasi (5.03%).

Kondisi Ekosistem dan Biodiversity

Ekosistem di Wilayah Sungai Citarum merupakan ekosistem endemik yang ada di wilayah Provinsi Jawa Barat. Jawa Barat memiliki keanekaragaman tumbuhan yang tinggi, terdapat 3.882 jenis (spesies) tumbuhan berbunga dan tumbuhan paku asli Jawa Barat dan 258 jenis yang dimasukkan dari luar. Khusus untuk anggrek (Orchidaceae) terapat 607 jenis alami, 302 jenis (50%) hanya ada di Jawa Barat (Van Steenis dalam Backer & Bakhuizen van de Brink, 1965). Menurut Comber (1990) di Jawa Barat terdapat 642 jenis anggrek dan yang hanya terdapat di Jawa Barat 248 jenis.
 
Tumbuhan yang termasuk pohon, di Jawa Barat terdapat 1.106 jenis (Prawira, tbt.) dengan 51 jenis disebut dengan pohon-pohon yang penting, diantaranya jati (Tectona grandis), rasamala (Altingia excelsa), kepuh (Sterculia foetida), jamuju (Podocarpus imbricatus), bayur (Pterospermum javanicum), puspa (Schima wallichii), kosambi (Schleichera oleosa), beleketebe (Sloenea sigun), pasang (Lithocarpus spp.), pedada (Sonneratia alba), bakau (Rhizhopora mucronata), dll.

JENIS TANAMAN ENDEMIK WS CITARUM

tarum areuy

Tarum Areuy
(Marsdenia Tinctoria)

jati

Jati
(Tectona Grandis)

rasamala

Rasamala
(Altingia Excelsa)

jamuju

Jamuju
(Podocarpus Imbricatus)

kabogerang

Kebogerang
(Mystus Negriceps)

bayur

Bayur
(Pterospermum Javanicum)

puspa

Puspa
(Schima Wallichii)

kosambi

Kosambi
(Schleichera Oleosa)

gabus

Gabus
(Channa Striatus)

beleketebe

Beleketebe
(Sloanea Sigun)

pasang

Pasang
(Lithocarpus spp)

bakau

Bakau
(Rhizhopora Mucronata)

Sumber : RTRW Provinsi Jawa Barat 2009-2029


Secara umum dunia fauna dapat dikelompokkan ke dalam kelompok: serangga, pisces, amfibi, reptil, aves dan mamalia. Jenis fauna dari kelompok-kelompok tersebut ada yang langsung berhubungan dengan kepentingan manusia yaitu bisa bermanfaat bagi manusia, bersifat hama, disukai untuk dipelihara atau dikonsumsi dan juga fauna dengan status khusus seperti fauna endemik (hanya ditemui di suatu daerah tertentu), langka/hampir punah dan punah. Hal tersebut berlaku juga untuk fauna di Jawa Barat dan pada umumnya akan dilihat
berdasarkan bioregion Jawa dan Bali.

JENIS IKAN ENDEMIK SUNGAI  CITARUM

hampala

Hampala
(Hampala Macrolepidota)

lawalak

Lawalak
(Barbodes Bramoides)

beunteur

Beunteur
(Puntius Binotatus)

tagih

Tagih
(Mystus Nemurus)

kebogerang

Kebogerang
(Mystus Negriceps)

lais

Lais
(Lais Hexanema)

lele

Lele
(Clarias Bratachus)

lempuk

Lempuk
(Callichrous Bimaculatus)

ikan-gabus

Gabus
(Channa Striatus)

Dua taman nasional yang terletak di hulu Sungai Citarum: Gunung Gede Pangrango (15.000 ha), dan Gunung Halimum (40.000 ha). Keduanya diklasifikasikan sebagai Kategori II - dikelola untuk perlindungan ekosistem dan rekreasi. Gunung Halimum merupakan salah satu daerah hutan hujan tropis yang paling luas yang tersisa di Pulau Jawa. Taman Nasional Gunung Gede Pangrango ditutupi dengan hutan sub-montana dan pegunungan yang memberikan contoh hutan hujan utama di
Indonesia. Kawasan Gunung Gede adalah daerah catchment area sumber banyak sungai dan sungai yang mengalir ke Teluk Jakarta dan Laut Jawa, termasuk Sungai Citarum.

Kondisi Fisik dan Spasial

Secara Geografis Wilayah Sungai Citarum terletak pada 106° 51’36” - 107° 51’ BT dan 7° 19’ - 6° 24’LS, dengan luas  area ±11.323 Km². Wilayah Sungai Citarum seluas kurang lebih 12.000 km2 mencakup 13 wilayah administrasi Kabupaten/Kota di lingkungan Provinsi Jawa Barat, yaitu: Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten Bekasi, Kabupaten Cianjur, Kabupaten Bogor, Kabupaten Indramayu, Kabupaten Karawang, Kabupaten Purwakarta, Kabupaten Subang, Kabupaten Sumedang, Kota Bandung, Kota Bekasi dan Kota Cimahi.

Wilayah Sungai Citarum mempunyai batas wilayah sebagai berikut :

  1. Sebelah Utara berbatasan dengan Laut Jawa
  2. Sebelah Selatan berbatasan dengan sebagian Kabupaten Cianjur dan sebagian Kabupaten Bandung
  3. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Garut, sebagian Kabupaten Indramayu dan sebagian Kabupaten Sumedang
  4. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Sukabumi, sebagian Kabupaten Bogor dan sebagian Kabupaten Bekasi

Topografi DAS Sungai Citarum digambarkan dalam bentuk lahan atau morfologi yang dapat dikelompokkan dalam 3 bagian, yaitu bagian hulu, tengah dan hilir. (1) Wilayah Sungai Citarum bagian hulu nampak seperti cekungan raksasa yang lebih dikenal sebagai Cekungan Bandung, dengan elevasi berkisar antara 625-2.600 mdpl. DAS Citarum bagian tengah morfologi bervariasi antara dataran (elevasi  250-400m dpl), perbukitan bergelombang lemah (elevasi 200-800 mdpl), perbukitan terjal (elevasi 1.400  - 2400 mdpl) dan morfologi tubuh gunung api. DAS Citarum bagian hilir lebih didominasi oleh dataran, perbukitan bergelombang lemah dan terjal dengan variasi elevasi antara 200  -  1.200  m  dpl.  Seluruh sungai di WS Citarum mengalir dari selatan berhulu di Gn Burangrang, Bukit Tunggul, dan Canggah ke arah utara yang bermuara di pantai utara (Laut Jawa).  

Morfologi yang terbentuk di DAS Citarum adalah hasil kegiatan tektonik dan vulkanisme, dilanjutkan proses erosi dan sedimentasi. Kondisi morfologi DAS Citarum terbagi atas Morfologi Gunung Api, Perbukitan, dan Dataran Daerah hulu anak-anak sungai di DAS Citarum terbentuk dari morfologi gunung api yang memiliki kharakteristik relief landai–bergunung, elevasi ketinggian 750 – 2300 m diatas permukaan air laut, kemiringan lereng di kaki 5 – 15%, di tengah 15 – 30%, dan di  puncak 30 – 90%. Pola aliran sungai sejajar dan radier, umumnya merupakan daerah resapan utama air tanah dangkal dan dalam serta tempat keluarnya mataair pada lokasi tekuk lereng. Batuan penyusun berupa endapan gunung api muda dan tua, terdiri dari tufa, breksi, lahar, dan lava.

Kondisi Iklim WS Citarum, sebagaimana umumnya wilayah di Jawa Barat, memiliki iklim tropis monsoon dengan suhu dan kelembaban udara yang relatif konstan sepanjang tahun.  Iklim tropis monsoon dicirikan dengan terjadinya dua musim, yaitu musim hujan dan kemarau. Musim hujan terjadi pada bulan-bulan Oktober – Maret dan musim kemarau terjadi pada bulan-bulan Juni  –  September. Bulan-bulan lainya merupakan masa transisi atau Suhu rata-rata di dataran rendah sekitar 27° C, sedangkan dibagian hulu sungai yang berada di dataran tinggi/pegunungan, suhu udara minimum rata-rata 15,3°C.

Curah hujan tahunan rata-rata bervariasi dari 1000 mm di daerah pesisir dan 4000 mm di daerah pegunungan di bagian atas dari DAS. Hampir 70% dari curah hujan tahunan terjadi selama musim hujan. Distribusi curah hujan musiman terutama dipengaruhi oleh angin musim. Efek dari orografis
pegunungan selatan mendominasi curah hujan.

Formasi Geologi di Wilayah Sungai Citarum dibagi menjadi Citarum bagian hulu, tengah dan hilir. Citarum bagian hulu sebagian besar tersusun dari tuff, lava, breccia dan lapilli. Sedangkan Citarum bagian tengah, litologi penyusun satuan ini berupa endapan hasil erupsi gunungapi dan dibeberapa tempat berupa endapan danau tua dan endapan alluvial sungai pada lembah-lembah sempit sungai utama. Endapan vulkanik berupa batu pasir tufaan, serpih tufaan, breksi tufaan dan aglomerat. Sedangkan endapan danau berupa lempung tufaan, batupasir tufaan, kerikil tufaan dan konglomerat tufaan. Aluvium terdiri dari lempung, lanau, pasir dan kerikil. Dan pada umumnya tersusun oleh sedimen tersier dan hasil erupsi gunung api tua. Citarum bagian hilir pada umumnya tersusun
oleh sedimen tersier dan hasil erupsi gunung api tua.

Kondisi Geohidrologi WS Citarum terhadap ketersediaan air tanah di WS  Citarum berdasarkan Peta Cekungan Air Tanah diperkirakan sebesar 5.055 juta m3 /tahun. Pemanfaatan air tanah selain untuk keperluan domestik, pengambilan air tanah memerlukan  izin, dan ketentuan tarif yang berlaku. Secara umum abstraksi air tanah masih di bawah batas ideal pengambilan air tanah, yaitu masih 25%. Namun, untuk beberapa lokasi misalnya di CAT Bekasi-Karawang, CAT Subang dan CAT Batujajar pengambilan air tanah sudah melampaui batas ideal pengambilan air tanah. Walaupun saat ini pengambilan air tanah di CAT Bandung-Soreang masih dibawah batas ideal pengambilan  air tanah (masih 27%), akan tetapi di beberapa tempat seperti di daerah Majalaya, Ranca Ekek, Dayeuh Kolot, Leuwi Gajah dan sebagainya, pengambilan air tanah ini sudah melampaui batas ideal pengambilan air tanah, dimana di daerah ini sudah terjadi penurunan muka air tanah dan juga penurunan tanah yang cukup serius.

Sungai, jumlah sungai besar yang ada di Wilayah Sungai Citarum kurang lebih 19 sungai yang bermuara di laut utara maupun bergabung dengan sungai lainnya. Sungai utama yang ada di WS Citarum adalah Sungai Citarum. Sungai Citarum sendiri berhulu dari Gunung Wayang (Kabupaten Bandung) dan bermuara di Muara Gembong (Kabupaten Bekasi).  Berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 12 Tahun 2012 tentang Penetapan Wilayah Sungai, Wilayah Sungai Citarum terdiri dari 19 DAS.

Terdapat 3 Waduk Besar antara lain Saguling, Cirata dan Jatiluhur yang berfungsi sebagai pembangkit listrik dan pendukung sistem irigasi yang ada dikawasan tersebut. Ketiga waduk tersebut adalah Waduk Saguling, Waduk Cirata dan Waduk Jatiluhur. Semua waduk tersebut berada dalam satu aliran Sungai Citarum dan berada di 4 kabupaten (Cianjur, Bandung Barat, Purwakarta, dan Karawang).

Data Teknis 3 Waduk

DeskripsiJatiluhurSaguling Cirata
Lokasi Kabupaten Purwakarta Kabupaten Bandung Barat Kabupaten Purwakarta
Luas Daerah Tangkapan 83.000 Ha 53.000 Ha 6.200 Ha
Dibangun Tahun 1957 - 1967 1981 1982
Kapasitas Daya Tampung 3,5 Milyar m3 609 juta m3 2,165 Milyar m3
Sumber Air Sungai Citarum Sungai Citarum Sungai Citarum
Manfaat Irigasi Pertanian, Suplai Air Baku, Perikanan Air Tawar, Wisata dan Olahraga Air Irigasi Pertanian, Pembangkit Listrik Irigasi Pertanian, Penggunaan Air Baku, Pembangkit Listrik
Daya Listrik Dihasilkan Dari PLTA 187,5 MW 1.400 MW 1.008 MW

Sumber : Balai Besar Wilayah Sungai Citarum, Dinas PSDA Provinsi Jawa Barat 2008

 

Waduk Jatiluhur

waduk jatiluhur

Waduk Jatiluhur terletak di Kecamatan Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta, Provinsi Jawa Barat (±9 km dari pusat Kota Purwakarta).Bendungan Jatiluhur adalah bendungan terbesar di Indonesia. Bendungan itu dinamakan oleh pemerintah Waduk Ir. H. Juanda, dengan panorama danau yang luasnya 8.300 ha. Bendungan ini mulai dibangun sejak tahun 1957 oleh kontraktor asal Perancis, dengan potensi air yang tersedia sebesar 12,9 miliar m3 / tahun dan merupakan waduk serbaguna pertama di Indonesia.

Di dalam Waduk Jatiluhur, terpasang 6 unit turbin dengan daya terpasang 187 MW dengan produksi tenaga listrik rata-rata 1.000 juta kwh setiap tahun, dikelola oleh Perum Jasa Tirta II. Selain dari itu Waduk Jatiluhur memiliki fungsi penyediaan air irigasi untuk 242.000 ha sawah (dua kali tanam setahun), air baku air minum, budi daya perikanan dan pengendali banjir yang dikelola oleh Perum Jasa Trita II.

Selain berfungsi sebagai PLTA dengan sistem limpasan terbesar di dunia, kawasan Jatiluhur memiliki banyak fasilitas rekreasi yang memadai, seperi hotel dan bungalow, bar dan restaurant, lapangan tenis, bilyard, perkemahan, kolam renang dengan water slide, ruang pertemuan, sarana rekreasi dan olahraga air, playground dan fasilitas lainnya. Sarana olahraga dan rekreasi air misalnya mendayung, selancar angin, kapal pesiar, ski air, boating dan lainnya.

Di perairan Danau Jatiluhur ini juga terdapat budidaya ikan keramba jaring apung, yang menjadi daya tarik tersendiri dan menjadi salah satu destinasi wisata air. Dikawasan ini pula kita dapat melihat Stasiun Satelit Bumi yang dikelola oleh PT. Indosat Tbk. (±7 km dari pusat Kota Purwakarta), sebagai alat komunikasi internasional. Jenis layanan yang disediakan antara lain international toll free service (ITFS), Indosat Calling Card (ICC), international direct dan lainnya. Waduk Jatiluhur dapat dikunjungi melalui Jalan Tol Purbaleunyi (Purwakarta-Bandung-Cileunyi), keluar di Gerbang Tol Jatiluhur.

Data Teknis Waduk Jatiluhur

Dibangun Pada Tahun 1957
Type Waduk Urugan batu dengan inti tanah miring
Tinggi 105 meter
Panjang 1.200 meter
Elevasi Puncak +114,5 meter
Volume Urugan 9,1 Juta m3
Volume Tampungan 2,44 Milyar m3
Luas Genangan 8.300 ha
Luas Daerah Tangkapan 4.500 km2
Manfaat Irigasi pertanian untuk sawah seluas 242.000 ha, penyedia air baku untuk DKI Jakarta, Pembangkit listrik 187,5 MW, Perikanan darat, Pengembangan pariwisata dan olah raga air.

 

Waduk Saguling

saguling

Waduk Saguling merupakan salah satu dari tiga waduk besar di Wilayah Sungai Citarum yang dibangun pada tahun 1981. Waduk Saguling pada awalnya direncanakan hanya untuk keperluan menghasilkan tenaga listrik. Pada tahap pertama pembangkit tenaga listrik yang dipasang berkapasitas 700 MW, tetapi bila di kemudian hari ada peningkatan kebutuhan listrik pembangkit dapat ditingkatkan hingga mencapai 1.400 MW.

Daerah di sekitar Waduk Saguling berupa perbukitan, dengan banyak sumber air yang berkontribusi pada waduk. Hal tersebut membuat bentuk Waduk Saguling sangat tidak beraturan dengan banyak teluk. Daerah waduk ini asalnya adalah berupa daerah pertanian. Berdasarkan beberapa penelitian yang telah dilakukan, kualitas air di Waduk Saguling sudah banyak menurun yang disebabkan oleh pencemaran yang berasal dari  kegiatan pertanian, industri, penduduk dan aktivitas budidaya perikanan yang ada di Waduk Saguling.

Hingga tahun 2008, sedimentasi di Waduk Saguling mencapai 84 juta m3 . Laju sedimentasi di Waduk Saguling kini diperkirakan 4,2 juta m3 per tahun atau 4.819.664 ton per tahun. Sedimentasi akan menurunkan fungsi bendungan dan mengganggu operasional PLTA. Selain itu limbah industri dan domestik yang terbawa aliran sungai Citarum juga memperburuk kondisi endapan yang ada di waduk Saguling.

Data Teknis Waduk Saguling

Dibangun pada tahun 1957
Type Waduk Urugan batu dengan inti kedap air (rock fill dam)
Tinggi Di Atas Dasar Sungai 97 m
Tinggi Di Atas Galian 99 m
Panjang Puncak 301,4 m
Lebar Puncak 10 m
Elevasi Puncak 650,5 m
Volume Tubuh Bendungan 2,79 juta m3
Manfaat Irigasi Pertanian, Pembangkit Listrik 700 MW
Kapasitas Waduk

- Elevasi Banjir : 645 m
- Elevasi Tertinggi : 643 m
- Elevasi Terendah : 623 m
- Luas Muka Air Banjir : 53.432 km2
- Luas Muka Air Tertinggi : 48.695 km2
- Luas Muka Air Terendah : 17.407 km2
- Volume Waduk Air Banjir : 982 juta m3
- Volume Waduk Air Tertinggi : 875 juta m3
- Volume Waduk Air Mati : 163 juta m3
- Volume Waduk Air Efektif 609 juta m3

Anak Sungai Ciminyak, Cibitung, Cipatik, Cilanang, Cihaur, Cijambu, dan Cijenuk
Luas Daerah Tangkapan Air 2.283 km2
Curah Hujan Tahunan Rata-Rata 1.221 mm
Curah Hujan Desain 2.322 mm/thn
Debit Tahunan Rata-Rata 80,85 m3/det
Debit Desain Pengelak 3.200 m3/det

Sumber : Balai Besar Wilayah Sungai Citarum, Dinas PSDA Provinsi Jawa Barat 2008

 

Waduk Cirata

cirata

Waduk Cirata dibangun sekitar tahun 1982 hingga 1987, waduk ini dikelilingi oleh kawasan perbukitan. Berdasarkan penelitian mengenai kualitas air waduk yang dilakukan Waduk Cirata diketahui mengalami pencemaran berat dan juga sedimentasi. Hingga tahun 2000 endapan sedimentasi di waduk ini sudah mencapai 62,8 juta m3. Sedangkan batas ekstrim yang dirancang bagi endapan di waduk tersebut volumenya 79,3 juta m3. Cepatnya laju sedimentasi ini akibat dari penggundulan hutan di Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum.

Seperti dua dari tiga waduk besar yan gada di Sungai Citarum, Waduk Cirata juga berfungsi sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Air. PLTA di Waduk Cirata PLTA terbesar di Asia Tenggara. PLTA ini memiliki konstruksi power house di bawah tanah dengan kapasitas 8x126 Megawatt (MW) sehingga total kapasitas terpasang 1.008 Megawatt (MW) dengan produksi energi listrik rata-rata 1.428 Giga Watthour (GWh) pertahun.

PLTA tersebut merupakan pembangkit yang dioperasikan oleh anak perusahaan PT Perusahaan Listrik Negara (PLN persero) yaitu PT Pembangkitan Jawa Bali (PJB) yang disalurkan melalui saluran transmisi tenaga listrik 500 kilo volt (KV) ke sistem Jawa Bali.

Data Teknis Waduk Cirata

Dibangun Pada Tahun 1982 - 1987
Type Urugan batu dengan membran beton
Luas Daerah Pengaliran Sungai (DPS) 4.119 km2
Bentuk DPS Oval
Elevasi Muka Air Maksimum : +223.00
Muka Air Normal : +220.00
Muka Air Minimum : +205.00
Volume Air (m3) Muka Air Maksimum : 2165 juta
Muka Air Normal : 1975 juta
Muka Air Minimum : 1177 juta
Luas Genangan (ha) Muka Air Maksimum : 6560
Muka Air Normal : 6200
Anak Sungai Cicendo, Cimeta, Cisokan, Cibalagung, Cikundul
Curah Hujan Rata-Rata Tahunan 1.895 - 2.250 mm
Koefisien Limpasan 0,75
Faktor Reduksi 0,628
Probable Maximum Flood 6.642,3 m3/det
Manfaat Irigasi pertanian, penggunaan air baku, pembangkit listrik 1.008 MW

Sumber : Balai Besar Wilayah Sungai Citarum, Dinas PSDA Provinsi Jawa Barat 2008

 

Sekilas Citarum

petaSungai Citarum merupakan sungai yang terpanjang dan terbesar di Wilayah Provinsi Jawa Barat. Sungai yang mengalir sepanjang 297 km ini membentang dari hulunya di Situ Cisanti yang teletak di kaki Gunung Wayang sebelah selatan Kota Bandung, bermuara di pantai selatan Pulau Jawa tepatnya di Muara Gembong Kabupaten Bekasi.

Sungai Citarum mempunyai beragam potensi yang berperan yang sangat penting bagi kehidupan sosial, budaya dan ekonomi masyarakat. Tidak hanya dimanfaatkan oleh 44,55 juta penduduk Jawa Barat (Data BPS 2012), air Sungai Citarum juga digunakan sebagai sumber air baku penduduk perkotaan DKI Jakarta, irigasi pertanian, perikanan, sebagai pemasok air untuk kegiatan industri  serta sumber bagi pembangkit tenaga listrik tenaga air untuk pasokan Pulau Jawa dan Bali. Berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 12 Tahun 2012 tentang Penetapan Wilayah Sungai, Wilayah Sungai Citarum  terdiri dari 19 (sembilan belas) DAS, merupakan Wilayah Sungai  Strategi Nasional dengan kode WS 02.06.A3.

danauDalam kurun dua dekade ini, kerusakan Sungai Citarum sudah terjadi dari hulu hingga hilir. Pesatnya perkembangan sektor demografis serta sosial ekonomi yang tidak seimbang dengan upaya pelestarian lingkungan semakin menambah beban persoalan Sungai Citarum.

Penurunan kualitas lingkungan Sungai Citarum telah berpengaruh pada kondisi masyarakat yang tinggal di sepanjang bantaran sungai, baik di kawasan pedesaan maupun perkotaan. Hampir setiap musim hujan, bencana banjir mengancam berbagai kawasan di Jawa Barat. Pencemaran air sungai akibat aktivitas industri dan pertanian telah mencapai tingkat yang membahayakan dan dapat mengancam kesehatan serta sumber penghidupan masyarakat.

Dokumen dan artikel terkait:

ATLAS Citarum, 2014
State of River Basin Citarum, 2014
Strategic Environmental Assasement Citarum, 2006